BAB 1
MATRIKS
1. Menganalisis konsep, nilai dererminan dan sifat operasi matriks,
serta menerapkannya dalam menentukan invers matriks dan dalam
memecahkan masalah.
Determinan Matriks
Pada Aljabar, determinan matriks dapat diartikan sebagai nilai yang mewakili sebuah matriks bujur sangkar. Simbol nilai determinan matriks A biasanya dinyatakan sebagai det(A) atau . Cara menghitung determinan matriks tergantung ukuran matriks bujur sangkar tersebut. Cara menghitung nilai determinan dengan ordo 3 akan berbeda dengan cara menghitung matriks bujur sangkar dengan ordo 2.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan cara menghitung determinan di bawah.
Determinan Matriks Ordo 2 x 2
Seperti yang sudah di ketahui, matriks ordo 2 dinyatakan seperti bentuk di bawah.
Nilai determinan A disimbolkan dengan , cara menghitung nilai determinan A dapat dilihat seperti pada cara di bawah.
Contoh Soal:
Tentukan nilai determinan matriks
Pembahasan:
Determinan Matriks Ordo 3 x 3
Matriks Ordo 3 adalah matriks bujur sangkar dengan banyaknya kolom dan baris sama dengan tiga. Bentuk umum matriks ordo 3 adalah sebagai berikut.
Cara menghitung determinan pada matriks dengan ordo tiga biasa disebut dengan Aturan Sarrus. Untuk lebih jelasnya, lihat penjelasan pada gambar di bawah.
Contoh perhitungan determinan pada matriks ordo 3:
Maka,
Selanjutnya, pembahasan kita akan berlanjut ke invers matriks.
Invers Matriks
Invers matriks dapat diartikan sebagai kebalikan dari suatu matriks tertentu. Jika suatu matriks bujur sangkar dikalikan terhadap inversnya yaitu matriks bujur sangkar maka menghasilkan matriks I (matriks identitas pada operasi perkalian matriks).
Jika pada penjumlahan dua matriks, jumlah dua matriks bujur sangkar dan akan menghasilkan matriks nol (matriks identitas pada operasi penjumlahan matriks).
Invers Matriks Ordo 2 x 2
Invers dari suatu matirks A
dinyatakan dalam rumus di bawah.
Contoh menentukan invers matriks A dapat dilihat seperti langkah-langkah berikut.
Diketahui:
Tentukan invers dari matrik A!
Pembahasan:
Invers Matriks Ordo 3 x 3
Cara untuk menentukan nilai invers matriks A dengan ordo 3 x 3 tidak sama dengan cara menentukan invers matriks dengan ordo 2 x 2. Cara menentukan invers matriks ordo 3 x 3 lebih rumit dari cara menentukan invers matriks 2 x 2. di bawah ini cara menentukan invers matriks ordo 3 x 3. Simak ulasannyna pada pembahasan di bawah.
Sebelum menentukan invers matriks ordo 3 x 3, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai matriks minor, kofaktor, dan adjoin. Simak penjelasannya pada uraian di bawah.
- Matriks MinorDiketahui sebuah matriks A dengan ordo 3 seperti terlihat di bawah.
Matriks minor adalah matriks yang diperoleh dengan cara menghilangkan baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks A sehingga diperoleh matriks minor berordo 2 seperti persamaan di bawah.
Matriks-matriks minor di atas digunakan untuk mendapatkan matriks kofaktor A. - KofaktorKofaktor baris ke-i dan kolom ke-j disimbolkan dengan dapat ditentukan dengan rumus seperti terlihat di bawah.Kofaktor di atas akan digunakan untuk menentukan adjoin matriks yang akan dicari nilai inversnya.
- AdjoinSecara umum, sebuah matriks memiliki matriks adjoin seperti ditunjukkan seperti pada matriks di bawah.Keterangan: adalah kofaktor baris ke-i dan kolom ke-j.Sehinnga, adjoin dari matriks A dinyatakan seperti terlihat pada persamaan di bawah.
- Invers MatriksBagian terakhir, bagian ini merupakan akhir dari proses mencari invers matriks dengan orde 3 atau lebih.Matriks minor, kofaktor, dan adjoin yang telah kita bahas di atas berguna untuk menentukan nilai invers dari suatu matriks dengan ordo matriks di atas 3 atau lebih. Secara umum, cara menentukan invers matriks dapat diperoleh melalui persamaan di bawah.Dengan substitusi nilai determinan matriks dan adjoin matriks maka akan diperoleh invers matriknya.
Agar lebih jelas, akan diberikan contoh soal cara mencari invers matriks berodo 3. Simak langkah-langkah yang diberikan di bawah.
Contoh soal menentukan invers matriks berordo 3 x 3
Tentukan invers matriks B yang diberikan pada persamaan di bawah.
Pembahasan:
Menghitung nilai determinan B:
Menentukan Kofaktor:
Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai-nilai kofaktor untuk matriks B. Silahkan lihat kembali bagaimana cara mendapatkan nilai kofaktor pada rumus yang telah dibahas di atas jika belum hafal rumusnya.
Untuk menentukan invers B, kita membutuhkan matriks adjoin B. Sehingga, kita perlu menentukan matriks adjoin B terlebih dahulu.
Menentukan Adjoin B:
Adjoin dari matriks B, sesuai dengan persamaan di atas akan diperoleh hasil seperti berikut.
Menentukan Invers Matriks B:
Persamaan umum untuk invers suatu matriks dinyatakan melalui persamaan di bawah.
Sehingga, diperoleh invers matriks B seperti hasil berikut.
Sifat-Sifat Matriks
Tidak semua matriks memiliki invers. Matriks yang memiliki invers dinamakan matriks nonsingular atau matriks invertible. Sedangkan matriks yang tidak memiliki invers dinamakan matriks singular. Kriteria matriks yang memiliki invers dapat dilihat pada gambar di bawah.
2. Menyajikan dan menyelaikan model Matematika dalam bentuk persamaan
matriks dari suatu masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan linear.
matriks dari suatu masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan linear.
Menyelesaikan SPLDV dengan Matriks
Cara yang paling umum dilakukan untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) adalah menggunakan metode substitusi, eliminasi, atau campuran, dan akan mengenalkan cara menyelesaiakan sistem persamaan linear (SPL) dengan cara yang baru, yaitu dengan menggunakan matriks. Meskipun cara ini akan sedikit rumit, namun cara ini akan sangat berguna untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dengan banyak variabel. Selanjutnya, langsung ke langkah-langlah penyelesaian SPLDV yang dapat dilihat di bawah.
Diketahui sistem persamaan linear dua peubah sebagai berikut.
Dua persamaan di atas merupakan sistem persamaan linear dengan dua variabel, yaitu x dan y. Bentuk sistem di atas dalam matriks bisa dilihat pada persamaan di bawah.
Berdasarkan sifat matriks invertibel, maka variabel x dan y dapat diketahui melalui cara berikut.
Atau juga bisa dengan cara seperti berikut.
Contoh soal sistem persamaan linear dua variabel yang diselesaikan menggunakan matriks dapat dilihat pada pembahasan di bawah.
Tentukan nilai x dan y yang memenuhi sistem persamaan linear:
Selanjutnya, akan diselesaikan SPLDV di atas menggunakan matriks. Bentuk matriks dari persamaan SPLDV pada soal adalah sebagai berikut.
Jadi, solusi dari dua persamaan linear dua variabel 2x + y = 5 dan x + y = 7 adalah dan .
Menyelesaikan SPLTV dengan Matriks
Cara menyelesaikan sistem persamaan linear menggunakan matriks akan sangat bermanfaat pada sistem persamaan linear dengan variabel yang banyak, misalnya pada sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV). Metode substitusi, eliminasi, atau campuran dirasa tidak tepat untuk menyelesaikan SPLTV. Selanjutnya, simak penyelesaian sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV) menggunakan matriks.
Diketahui tiga persamaan linear dengan tiga variabel (x, y, dan z) seperti terlihat pada persamaan di bawah.
Bentuk SPLTV di atas dalam bentuk matriks dapat dibuat seperi berikut.
Berdasarkan matriks di atas, dapat disusun determinan utama, determinan variabel x, determinan variabel y, dan determinan variabel z. Untuk lebih jelasnya perhatikan masing-masing determinan pada daftar di bawah.
- Determinan utama
- Determinan variabel x
- Determinan variabel y
- Determinan variabel z
Selanjutnya, untuk mengetahui niali masing-masing variabel x, y, dan z dapat mengunakan rumus berikut.
BAB 2
BUNGA,
PERTUMBUHAN DAN PELURUHAN
1. Mendeskripsikan konsep barisan dan deret pada konteks dunia nyata,
seperti bunga, pertumbuhan, dan peluruhan.
seperti bunga, pertumbuhan, dan peluruhan.
A.1 BUNGA
TUNGGAL
Pengertian Bunga
Bunga adalah jasa
dari simpanan atau pinjaman yang dibayarkan pada akhir suatu jangka waktu yang
ditentukan atas persetujuan bersama.
Pengertian Bunga
Tunggal
Bunga tunggal adalah bunga yang timbul pada setiap
akhir jangka waktu tertentu yang tidak mempengaruhi besarnya modal (besarnya
modal tetap).
Besarnya bunga berbanding senilai dengan persentase
dan lama waktunya dan umumnya berbanding senilai pula dengan besarnya modal.
Jika modal sebesar M dibungakan dengan bunga p % setahun maka:
B.
BUNGA MAJEMUK
Jika kita menyimpan modal berupa uang di bank
selama periode bunga tertentu, misalnya satu tahun maka setelah satu tahun kita
akan mendapatkan bunga sebesar p % kali modal yang kita bungakan. Jika bunga itu tidak kita ambil, tetapi
ditambahkan pada modal awal untuk dibungakan lagi pada periode berikutnya,
sehingga besarnya bunga pada setiap periode berikutnya berbeda jumlahnya
(menjadi bunga berbunga), maka dikatakan modal tersebut dibungakan atas dasar
bunga majemuk.
a.
Perbedaan Bunga Tunggal
dan Bunga Majemuk
Bunga tunggal dihitung
berdasarkan modal yang sama setiap periode sedangkan bunga majemuk dihitung
berdasarkan modal awal yang sudah ditambahkan dengan bunga.
b. Perhitungan
Nilai Akhir Modal
a. Dengan
menggunakan rumus
Jika modal sebesar M dibungakan atas dasar
bunga majemuk sebesar p % setahun selama n tahun, maka besarnya modal setelah n
tahun adalah:
- · Setelah satu tahun
- Setelah dua tahun
- Setelah n tahun
C. Model Pertumbuhan Penduduk
Penerapan deret ukur yang paling konvensional
di bidang ekonomi adalah dalam hal penaksiran jumlah penduduk. Sebagaimana
pernah dinyatakan oleh Malthus, penduduk dunia tumbuh mengikuti pola deret
ukur. Secara matematik, hal ini dapat dirumuskan sebagai :
Pt = P1 R t-1
Dimana
R = 1 + r
P1 = jumlah pada tahun pertama (basis)
Pt
=
jumlah pada tahun ke-t
r = persentase pertumbuhan
per-tahun
t = indeks waktu (tahun)
Contoh Soal 1.
Penduduk suatu kota berjumlah 1 juta
pada tahun 1991, tingkat pertumbuhannya 4% per tahun. Hitunglah jumlah penduduk
kota tersebut pada tahun 2006.
Jawaban :
P1 = 1.000.000
r = 0,04
R = 1,04
P2006 = P16=
1000000 (1,04)15
=
1.000.000 ( 1,800943)
= 1.800.943
Contoh
Soal 2.
Jumlah penduduk kota X pada tahun 1994 mencapai 2 juta jiwa.
Bila jumlah penduduk di kota tersebut meningkat dengan laju 2,5% pertahun dan
andaikan laju pertambhan itu tetap sebesar itu dalam setiap tahunnya,
tentukanlah banyaknya penduduk di kota X pada tahun 1999.
Penyelesaian :
Pertumbuhan penduduk pada dasarnya sama dengan
pertambahan tabungan yang disimpan di Bank. Jadi, apabila banyaknya penduduk
mula-mula P dengan tingkat kenaikan penduduk I%, sedangkan banyaknya penduduk
setelah t tahun adalah Pt, maka tentunya banyaknya penduduk pada
saat t tahun adalah :
Pt = P(1 + I)t
Jadi,
dari soal di atas kita dapatkan, banyaknya penduduk di kota X pada tahun 1999
(setelah 5 tahun) menjadi :
P5 = 2.000.000 (1 + 0,025)5
= 2 . 106 . (1,025)5
Dengan bantuan kalkulator, kita dapatkan
P5 = 2 . 106 (1,025)5
=
2 . 106
(1,1314)
=
2.262.816
(dibulatkan).
BAB 3
INDUKSI MATEMATIKA
Antum luar biasa. Bisa menyajikan materi dengan baik. Tinggal antum coba baca dengan seksama dan coba latihan soal yang terkait, ya. Semoga memudahkan antum dalam penyelesaian ujian nanti.
BalasHapusSalam sukses mulia.